Alfred Binet,
tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri
dari tiga komponen, yaitu
1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan
tindakan
2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan
setelah tindakan tersebut dilaksanakan
3. Kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri atau melakukan auto criticism
·
Super
dan Cities mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan atau belajar dari pengalaman.
·
J.
P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi
hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan
informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir
yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan
bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus.
·
K.
Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai
dengan pemahaman atau pengertian.
·
George
D. Stoddard (1941) menyebutkan intelegensi sebagai
kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan:
1. Mengandung kesukaran
2. Kompleks
3. Abastrak
4. Diarahkan pada tujuan
5. Ekonomis
6. Bernilai sosial
·
Garett
(1946) mendefinisikan setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta
menggunakan simbol-simbol.
·
William
Stern (1953) intelegensi adalah daya menyesuaikan diri
dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
·
Bischof,
psikolog Amerika (1954) mendefinisikan kemampuan untuk memecahkan segala
jenis masalah.
·
Lewis
Hedison Terman memberikan pengertian intelegensi
sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik (lih. Hariman,
1958).
·
David
Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif.
·
Thorndike
(lih.
Skinner, 1959) sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan pendapatnya bahwa
orang dianggap intelegen apabila responnya merupakan respon yang baik atau
sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.
·
Freeman
(1959) memandang intelegensi sebagai
1. Kemampuan untuk menyatukan
pengalaman-pengalaman,
2. Kemampuan untuk belajar dengan lebih
baik,
3. Kemampuan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual,
dan
4. Kemampuan untuk berpikir abstrak.
·
Heidenrich
(1970) mendefinisikan kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang
telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang
kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah.
·
Sorenson
(1977) intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak,
belajar merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
·
Suryabrata
(1982) intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum
dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau
problem yang sedang dihadapi.
·
Walters
dan Gardnes (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk
sebagai konsekuensi seksistensi suatu budaya tertentu.
·
Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah
1. Kemampuan untuk berfikir secara
konvergen (memusat) dan divergen (menyebar)
2. Kemampuan berfikir secara abstrak
3. Kemampuan berfikir dan bertindak secara
terarah, bertujuan, dan rasional
4. Kemampuan untuk menyatukan
pengalaman-pengalaman
5. Kemampuan untuk menggunakan apa yang
telah dipelajari
5. Kemampuan untuk belajar dengan lebih
baik,
6. Kemampuan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual
7. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan
merespon terhadap situasi-situasi baru
8. Kemampuan untuk memahami masalah dan
memecahkannya.
Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri intelegensi yaitu :
1. Intelegensi merupakan
suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional
(intelegensi dapat diamati secara langsung).
2. Intelegensi tercermin
dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan
pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
(sumber : http://sutisna.com/artikel/artikel-ilmu-sosial/pengertian-intelegensi/)
Hendyat
(2002) mengemukakan bahwa pengukuran intelegensi dapat dilakukan dengan cara
melakukan tes intelegensi yaitu untuk mengukur kemampuan terutama tingkah laku
yang diharapkan pada saat tes itu dibuat dan laksanakan. Pengukuran intelegensi
pertama kali dilakukan oleh Binet dan Simon, dikenal dengan nama tes
Binet-Simon. Pada tes ini memperhatikan dua hal, yaitu:
- Umur kronologis (cronologis age disingkat CA), yaitu
umur seseorang yang ditunjukkan dengan kelahirannya.
- Umur mental (mental age disingkat MA) yaitu umur
kecerdasan yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan akademik.
Untuk
mengukur tingkat intelegensi (Intelegence Quotien disingkat IQ) ditunjukkan
dengan perbandingan umur mental dengan umur kronologis. Perbandingan kecerdasan
ini secara matematis dapat dituliskan:
IQ
= MA/CA
Untuk
memudahkan perhitungan, orang mengalikannya dengan 100% dan kemudian meniadakan
%-nya. Sehingga didapat rumus:
IQ = MA/CA x 100
Penilaian
atau skor tes diperoleh dari hasil pengerjaan tes pada periode tertentu. Dan
skor tes hanyalah menggambarkan keadaan sesuai dengan lingkup materi yang
dimasukkan dalam tes itu.
(Sumber: http://kabar-pendidikan.blogspot.com/
, http://serbasejarah.blogspot.com/2011/05/teori-dasar-intelegensi.html)
0 komentar:
Posting Komentar